A. Indonesia dan Asean Economic Community
Indonesia merupakan negara kepulauan terluas di dunia. Dengan Sumber daya alam melimpah dan kebudayaan yang kaya, menjadikannya salah satu negara yang strategis dan diperhitungkan d kancah Internasional, terutama di regional Asia tenggara. Kawasan Asia tenggara sendiri merupakan kawasan yang secara geografi sangat strategis, diantara 2 benua dan 2 samudra. Dan secara ekonomi sangat seksi karena pertumbuhan ekonomi nya yang tinggi.
Hal ini sudah disadari sejak lama oleh negara di Asia Tenggara, maka sejak tahun 1967 para petinggi negara di Asia tenggara bertemu untuk meningkatkan integrasi ekonomi di regional ini dengan membentuk Asean (Association of South East Asian Nations). Kerja sama ini berlanjut hingga sekarang dan mencapai salah satu titik penting dalam integrasi ini yaitu AEC (Asean Economic Community) atau dalam istilas Indonesia adalah MEA (Masyarakat Ekonomi Asean) yang merupakan suatu bentuk pasar tunggal. Pasar tunggal ini membebaskan arus barang, jasa, tenaga kerja yang terampil, modal, dan investasi antar negara Asean.
Di atas kertas, tentu saja AEC ini baik bagi semua pihak. Namun apakah betul demikian? Terutama bagi Indonesia yang notabene merupakan negara terluas dan memiliki penduduk terbesar di Asean. Bila tak mampu bersaing di AEC maka sudah barang tentu Indonesia akan menjadi pasar saja bukan penikmat dari pertumbuhan ekonomi regional ini.
B. Posisi Indonesia dalam Asean Economic Community- dimana kita sekarang?
Indonesia bukan negara yang terbaik dalam “start” di AEC tahun 2015 mendatang. kurangnya kesiapan dari pemerintah dalam regulasi dan infrastuktur sebagai salah satu modal dalam bersaing di pasar tunggal AEC membuat Indonesia tidak dalam Pole Position. Regulasi yang timpang tindih dan kadang tidak memihak kepentingan pengusaha domestik membuat nilai dari barang dan jasa Indonesia kalah bersaing dengan barang dan jasa dari negara lain. Kurang dari setahun lagi AEC akan berlaku. Namun, pemerintah masih sibuk berkutat dengan regulasi yang seharusnya sudah mereka siapkan jauh hari. Regulasi ketenaga kerjaan, standardisasi barang, termasuk regulasi anyar pelarangan ekspor bahan tambang secara mentah. Pemerintah seolah acuh dan menganggap AEC enteng dan sepele. Padahal, AEC akan menyentuh sebagian besar masyarakat Indonesia secara langsung. Di negara jiran, mereka sudah mempersiapkan semuanya sejak dini.
Blue print AEC menetapkan terdapat 12 sektor yang akan diprioritaskan dalam AEC. 12 sektor ini diharapkan berintegrasi menghasilkan komoditas unggulan Asean di persaingan global. Tujuh sektor barang yaitu industri agro, elektronik, otomotif, perikanan, industri karet, industri kayu, dan tekstil. Lima sektor jasa yaitu transportasi udara, pelayanan kesehatan, pariwisata, logistik, serta industri teknologi informasi.
Industri buah-buahan dan sayur-sayuran di Indonesia ketar-ketir menghadapai AEC. Melihat realita di lapangan selama ini bahwa hadirnya produk sayur dan buah impor cukup memukul industri agro kita. Hal ini karena kurang produktif nya petani kita bila dibandingkan dengan petani negara lain. Kurang produktifnya petani ini disebabkan pula oleh pupuk yang sulit didapat malahan terkadang mahal atau bibit yang mahal. Pemerintah lebih menyukai cara instan seperti membuka keran ekspor daripada menyelesaikan masalah produktivitas di hulu. Buruknya infrastruktur memperparah keadaan, akibatnya biaya mendatangkan jeruk medan lebih mahal daripada jeruk ponkam china.
Industri agro Indonesia yang siap menghadapi AEC adalah florikultura. Sektor ini siap karena keragaman spesies bunga hias yang ada di Indonesia. Ditambah lagi karena sektor ini sebagian besar permintaanya datang dari luar negeri. Dikarenakan, budaya memberikan bunga dalam perayaan hari spesial umumnya belum dipraktekkan oleh masyarakat Indonesia. Namun, negara lain seperti Thailand, Filipina, dan Vietnam tidak bisa dianggap pesaing enteng. Ekspor negara Asean mayoritas merupakan produk elektronik. Berdasarkan Tabloid Kontan No 35-XVII, 2014, 20-50% nilai ekspor negara Asean berasal dari sektor Elektronik. Pemain besar dalam sektor Elektronik Asean adalah Singapura, Malaysia, Thailand, dan Filipina. Sementara, Indonesia hanya mampu memproduksi produk-produk Home Appliences seperi kulkas, tv, mesin cuci yang tidak high tech dan part-part kecil yang tentu saja memiliki value added yang rendah. Padahal , pertumbuhan ekonomi Indonesia yang ciamik tentu akan meningkatkan pula permintaan terhadap produk elektronik yang high tech. Bila kita tak mampu memanfaatkan pertambahan permintaan ini dengan produk domestik, kesempatan ini akan jatuh ke pemain-pemain besar.
Pertumbuhan pasar otomotif Asean membuat Asean menjadi pasar baru bagi otomotif dunia. Di Eropa dan Amerika industri otomotif sudah mandek, sementara di Asean permintaan akan produk otomotif terus mengalir, baik roda dua maupun roda empat. Dengan surplus produksi mobil setiap tahun, Thailand menjadi salah satu negara eksportir otomotif di dunia. Indonesia head to head dengan Thailand di kawasan Asean. Namun, menyaingi Thailand bukan perkara mudah, dan ini harus di persiapkan sejak dini.
Sebagai negara kepulauan terbesar di dunia tidak heran bila Indonesia memiliki keragaman hayati yang tinggi. Faktor di atas mengokohkan Indonesia dalam industri perikanan. Permasalahan perikanan di Indonesia datang dari kemampuan suplai nelayan atau produsen ikan domestik ke industri pengolahan ikan. Seringkali suplai dari nelayan domestik seret di waktu-waktu tertentu. Masalah lain adalah distribusi hasil tangkapan tidak merata. Dengan pembangunan cold storage untuk menampung hasil tangkapan dann produksi, akan membantu untuk memenuhi permintaan dan memperbaiki distribusi perikanan. Sentra produksi perikanan indonesia berada di Indonesia timur namun sentra pengolahan ikan berada di Indonesia barat. Karena infrastruktur yang belum memadai, maka surplus produsi di Indonesia timur tidak mampu terserap oleh industri pengolahan di Indonesia barat yang defisit. Indonesia adalah produsen produk kayu terbesar di Asean. Indonesia juga satu-satu nya negara di Asia yang mengantongi sertifikat SVLK (sistem verifikasi legalitas kayu), salah satu persyaratan agar produk kayu diterima di pasar Eropa. Walau sempat mendapat kecaman keras dari Amerika saban tahun lalu karena produk kayu Indonesia dinilai tidak ramah lingkungan tapi SVLK membuat gencaran dari Negeri Paman Sam dapat diredam. Pesaing kita dalam industri kayu bukan berasal dari Asean, namun dari China. Produk murah Cina lumayan membuat batuk industri kayu. Dengan pengawasan yang baik tentu masalah ini akan teratasi.
Industri tekstil sempat menjadi primadona Indonesia sewaktu zaman presiden Soeharto. Di Masa itu, nilai ekspor tekstil setingkat dibawah ekspor Minyak dan Gas. Namun, sekarang tekstil kita tak bertaji menghadapi tekstil murah produksi Cina. Lihat saja di pasar-pasar tradisional sentra tekstil. Dengan kualitas yang sama dan harga yang rendah. Tekstil yang termasuk dalam sektor prioritas ini harus kita proteksi. Dengan dengan meningkatkan permintaan terhadap produk tekstil lokal akan menumbuhkan industri ini.
Salah satu sektor yang sudah lumayan siap menghadapi AEC adalah transportasi udara. Dengan bergabungnya Garuda dengan Skyteam, salah satu aliansi perusahaan penerbangan di dunia, dan penambahan armada oleh Lion air menandakan siapnya Industri ini menyongsong AEC. Maskapai penerbangan tak berdiri sendiri untuk melayani masyarakat, PT Angkasa Pura selaku operator bandara juga harus meningkatkan kesiapannya dalam menyongsong AEC. Masalah utama adalah Infrastruktur bandara yang kurang memadai. Hal ini harus segera diatasi, agar kesiapan dari maskapai juga diimbangi oleh pemerintah.
Seluruh sektor jasa harus berbenah. Sektro kesehatan, pariwisata, logistik, dan industri teknologi informasi. Ke empat sektor ini menghadapi masalah masing-masing di sektor kesehatan buruknya birokrasi dan administrasi menjadi masalah laten yang harus diperbaiki. Sementara sektor pariwisata dan teknologi informasi menghadapi masalah sumber daya manusia yang kurang terampil. Dan sektor logistik terkendala buruknya infrastruktur di Indonesia. Setiap sektor prioritas AEC mengalami masalah masing-masing dan harus segera di tanggulangi. Di tengah minimnya peran pemerintah, masing-masing sektor harus
berusaha menghadapi AEC. Pelaku besar boleh saja siap menghadapi AEC, namun sektor mikro kalang kabut menghadapi AEC. Bagaimana tidak? Liberalisasi pasar akan semakin memojokkan mereka dalam perekonomian. Harus ada solusi sendiri untuk sektor mikro agar mampu bertahan dan terus tumbuh. Sektor mikro sebagai sektor yang paling besar secara kuantitas memiliki posisi tawar tersendiri untuk menghadapi AEC.
C. Ekonomi islam dan akuntansi syariah
Salah satu cara bagi Indonesia untuk menghadapi AEC adalah dengan cara mengimplementasikan akuntansi syariah dalam sendi-sendi kegiatannya. Akuntansi syariah adalah segala kegiatan akuntansi yang berdasarkan Alquran dan Assunah. Sayangnya sistem akuntansi syariah baru diterapkan di sektor perbankan. Akuntansi syariah adalah bagian dari ekonomi islam. Ekonomi islam merupakan suatu terapan praktik ekonomi yang berpegang pada Alqur’an dan Assunah. Dalam ilmu fiqh ekonomi islam masuk dalam Muamalah. Ekonomi islam menginginkan suatu keadilan dan kesejahteraan bagi semua ummat manusia. Bagaimana cara ekonomi islam mempengaruhi roda perekonomian? Melalui pemahaman tentang Islam dan praktik riil di bidang keuangan, ekonomi islam akan merubah kehidupan ekonomi suatu kaum.
Islam mengajari manusia untuk bersyukur dan tidak serakah atas nikmat yang telah Allah berikan kepada Ummat manusia. Dengan syukur dan tidak serakah, akan membatasi tindakan ummat manusia untuk menindas orang lain demi kepentingan pribadinya. Islam melarang sistem kapitalis yang marak berkembang belakangan ini. Sistem kapitalis akan mengakibatkan ketimpangan kekayaan yang bertentangan dengan prinsip islam. Namun, islam juga mengakui kepemilikan pribadi atas harta benda di dunia, walaupun dunia dan seisinya adalah miliki Allah SWT, manusia di berikan amanah untuk mengelola harta benda dengan tujuan beribadah. Dengan demikian, Ekonomi islam bukanlah kapitalis maupun sosialis. Ekonomi Islam adalah ekonomi rahmatan lil alamin, memberikan kesejahteraan bagi semua.
Dengan landasan tersebut, maka praktik ekonomi islam berbeda dengan konvensional. Perbedaan yang paling dirasakan yaitu tidak mengakui riba’ atau dalam hal ini adalah bunga. Karena, bunga disamakan dengan perilaku mencuri hak milik orang lain. Konsep time value of money tidak dikenal dalam ekonomi islam namun economic value of time. Yaitu, kerja atau usaha yang dilakukan harus melalui proses di dalam jangka waktu tertentu, bukan hasil instan. Usaha atau bisnis yang dilakukan harus sektor riil. Maksudnya, produk barang dan jasa yang tangible dan dapat dirasakan langsung dan tidak bertentangan dengan syariat islam.
D. Bagaimana akuntansi syariah menjadi motor utama untuk memenangkan AEC
Akuntansi syariah akan menciptakan keseimbangan antara berbagai elemen ummat. Secara khusus dalam dunia bisnis, yaitu antara kreditur dan debitur. Akuntansi syariah mengatur keuangan dan pembagian keuntungan memiliki sistem yang unik dibanding dengan akuntansi konvensional. Dalam akuntansi konvensional, imbal hasil bagi kreditur adalah bunga sementara dalam akuntansi syariah datang dari pembagian keuntungan, baik dari profit maupun revenue. Perbedaan lainnya, bila debitur mengalami kerugian seluruh kerugian ditanggung oleh kreditur dengan catatan bukan kesalahan dari debitur. Sistem ini disebut dengan profit and loss sharing.
Transaksi dalam akuntansi syariah didasarkan pada akad-akad tertentu. Bagaimana sebuah transaksi di klasifikasikan dan diperlakukan tergantung akad yang dijalankan. Terdapat 7 akad dalam mengklasifikasikan transaksi akuntansi syariah yaitu:
1. mudharabah
2. musyarakah
3. murabahah
4. salam
5. istishna
6. ijarah
7. akad-akad lainnya
Akad mudharabah dan musyarakah digunakan dalam menjalankan usaha antara pemilik dana (shahibul maal) dan pengelola (mudharib) dengan asas profit and loss sharing. Dalam akad mudharabah mudharib tidak memiliki dana sama sekali sedangkan dalam musyarakah mudharib memiliki bagian modal dalam usaha. Kedua akad ini akan menambah gairah masyarakat untuk melakukan usaha dan menggiatkan proses produksi barang dan jasa. Sehingga, secara agregat jumlah barang dan jasa yang dihasilkan akan bertambah.
Dalam akad mudharabah dan musyarakah terdapat keadilan dan kesamarataan antara mudharib (debitur) dan shahibul maal (kreditur). Tidak ada bunga yang mencekik maupun jeratan hutang bank. Yang hadir justru kemesraan antara kreditur dan debitur tumbuh bersama menikmati pertumbuhan ekonomi. Tidak ada pihak yang berbahagia di atas penderitaan orang lain. Tidak seperti praktek akuntansi konvensional yang berlawanan dari uraian di atas.
Tidak ada gunanya geliat pertumbuhan barang dan jasa tanpa pertambahan permintaan. Akad murabahah dan salam dapat meningkatkan permintaan terhadap barang dan jasa. Kelebihan dalam akad murabahah yaitu keuntungan dari perdagangan didistribusikan secara merata dalam periode pembayaran tidak seperti praktek konvensional yang berat di bunga dalam membeli barang secara kredit. Akad salam akan memberikan sebuah keyakinan dan kepastian terhadap produksi agro dan perikanan yang terkadang memiliki ketidakpastian dan spekulasi yang tinggi. Dilain sisi, juga akan meningkatkan produksi barang dan jasa yang di akad salam.
Secara riil, permasalahan di sektor agro dan perikanan akan teratasi dengan akad musyarakah, mudharabah, dan salam. Terdapat kepastian baik dari sisi pembiayaan dan penjualan hasil produksi kelak. Tidak ada lagi peran tengkulak yang menindas nelayan dan petani, sehingga kesejahteraan mereka akan meningkat melalui akad salam.
Akad murabahah akan mampu meningkatkan pembelian akan barang elektronik, otomotif, dan tektil hasil negeri sendiri. Dengan demikian industri ini akan mampu tumbuh dan bersaing dengan produk luar negeri. Begitupun dengan akad musyarakah
dan mudharabah yang akan membantu pertumbuhan industri-industri ini. Terkhusus untuk industri tekstil dan kayu dapat pula dibantu dengan akad istishna untuk pesanan barang dengan spesifikasi tertentu. Sebenarnya permasalahan di setiap sektor terdapat dalam ekonomi dan akuntansi syariah. Namun, memang sulit sekali menerapkan dalam kehidupan bernegara Indonesia. Karena, sistem kita yang masih konvensional. Perlahan tapi pasti, ekonomi islam dan akuntansi syariah akan mampu memperbaiki keadaan bangsa lewat transaksi-transaksi ekonomi dan pemahaman masyarakat tentang islam.
Daftar Pustaka
Alwie, Taufik, dan Anthony.2014. Dominasi Benih Asing Mengancam Kedaulatan Pangan. Gatra no7
Hadian, Amal Ihsan. 2014. Bergegas Menyongsong Langit yang Terbuka. Kontan No 28
Haryadi, Rohmat dan Mira Febri Melia. 2014. Emas Putih dari Delta Mekong. Gatra no 17
Hadian, Amal Ihsan. 2014. Harus Berani Ofensif Bertarung di Otomotif. Kontan No. 29
Hadian, Amal Ihsan. 2014. Level Kita Masih Kulkas Belum Semikonduktor. Kontan no 35
Hadian, Amal Ihsan. 2014. Pesaing Utama Bukan Dari Asia Tenggara , kok. Kontan no 25
Hadian, Amal Ihsan. 2014. Tak Cukup Mengandalkan Kail Serta Jala Saja. Kontan No 27
Haryadi, Rohman. 2013. Paket Bali Untuk Perdagangan Dunia. Gatra no 6
Himawati, Susana dan Agung Subono. Praktik
Akuntansi dan perkembangan Akuntansi Syariah Di Indonesia. 2009. Universitas Muria Kudus
Kurniawan. S.S Surtan Siahaan dan Mimi Silvia. 2014. Membendung Serbuan Pekerja Pariwisata Asing. Kontan No 32
Nurhayati,Sri dan Wasilah., 2013 . Akuntansi Syariah di Indonesia . Salemba empat , Jakarta
Madya, Salman Saesar Widyaiswara. 2012. Ekonomi Islam dan Ekonomi Konvensional. Balai Diklat Keuangan. Sumatera Selatan
Siahaan, Surtan. 2014. Tidak Segera Berbenah, Kita Benar-Benar Kalah. Kontan No 33
Suwiknyo, Dwi. 2007. Teorisasi Akuntansi Syari’ah
di Indonesia. La-riba jurnal Ekonomi Islam Vol. I, No. 2, Desember 2007.
Prasetyo, Herry, dan Anastasia Lilin Yuliantina. 2014. Kalau Kalah Jangan Salahkan Negara Lain. Kontan No 19
Prihatnala, Sandika, Flora Librayanti Barus, dan Mira Febri Melia. 2014. Meredam Potensi Politisasi Beras. Gatra no 17
Prasetyo, Herry dan Havid Vebri. 2014. Peluang Atau Ancaman. Kontan no 19
Yuliantina, Anastasia Lilin dan Herry Prasetyo.2014. Antara Tak Bisa Kerja Atau Lari Mengejar Gaji. Kontan No 19
Pemenang lomba Essay “KJAI CHAPTER SUMATERA UTARA” Peringkat 06 (M Akmal Adrianza – Universitas Sriwijaya) Juara Harapan 03
Komentar Terbaru