Oleh: M. Akmal Adrianza

PAS FOTONegara maju, biasanya identik dengan kondisi ekonomi nya ataupun sumber daya manusianya. Kedua hal diatas memiliki hubungan yang vertikal-positif  yaitu semakin baik SDM nya semakin baik pula keadaan ekonomi negara tersebut. Saya akan menyampaikan pendapat saya mengenai negara maju dalam sudut pandang ekonomi, sesuai latar belakang saya.

Indikator negara maju dilihat dari segi ekonomi, pada hakikatnya sangat luas. Secara kasar dan fundamental, investor akan melihat pada indikator makro seperti: pertumbuhan ekonomi, inflasi, penyerapan tenaga kerja, paritas daya beli, dan lain-lain.

Angka dan Hanya Angka

Angka-angka tersebut mudah didapatkan. Kenapa? Karena banyak sekali cara untuk menyiasati angka-angka tersebut bahkan secara legal. Ambil contoh adalah RRT (republik rakyat Tiongkok), negara yang dalam 10 tahun terakhir adalah negara dengan pertumbuhan ekonomi tertinggi di dunia. Yaitu sampai dengan dua digit dengan angka pengangguran yang tinggi. Apakah itu baik? Belum tentu, karena tidak sedikit sindiran dan kritikan terhadap pertumbuhan ekonomi dan data makro negeri tirai bambu itu.

Kita pernah mendengar tentang tenaga kerja yang dibayar rendah di RRT. Hal ini terjadi melalui manipulasi data statistik secara legal yaitu memanfaatkan definisi pengangguran terselubung. Satu buah mobil bisa dikerjakan oleh 10 orang, namun bila saya bisa mempekerjakan 20 orang kenapa tidak? Dengan fenomena itu, RRT menghasilkan angka pengangguran yang rendah namun tidak efisien. Ketidak efisienan ditanggung oleh para pekerja dengan bayaran yang rendah. Apakah hal ini legal? Ya, bila mereka memiliki pengeluaran diatas $2 dan memiliki jam kerja 40 jam seminggu.

Makna Di Balik Angka

ada beberapa indikator makro yang menurut saya menarik dan relevan dan bisa menggambarkan kondisi sebenarnya dari sebuah negara yaitu:

  1. koefisien gini, dan
  2. rasio pertumbuhan ekonomi dan penyediaan lapangan pekerjaan.

Koefisien Gini adalah rasio yang diperkenalkan oleh statistikus italia, Corrado Gini. Koefisien ini dapat menggambarkan kesenjangan pendapatan disuatu negara dimana angka 0 artinya tidak ada kesenjangan dan 1 adalah kesenjangan sempurna. Negara dengan tingkat distribusi terbaik adalah Denmark (0.25) dan negara dengan kesenjangan tertinggi adalah Namibia (0.70).

Sejatinya, pertumbuhan ekonomi adalah pertambahan pendapatan penduduk suatu negara. Pertambahan pendapatan lazimnya didapat melalui pekerjaan, maka pertumbuhan ekonomi akan menyediakan lapangan pekerjaan dan menambah pendapatan. Namun kedua angka tersebut tidak selalu seiring sejalan, pertumbuhan ekonomi dan penyediaan lapangan kerja. Korelasinya tetap positif namun besarannya berubah.

Indonesia sendiri memiliki koefisien gini yang terus meningkat dan dampak dari pertumbuhan ekonomi terhadap penyediaan lapangan kerja yang besarannya terus menurun.

Jose Murija; Tiap Negara Memiliki “Maju” nya Sendiri

Pernyataan Presiden Uruguay, presiden yang juga dijuluki presiden termiskin di dunia, sempat menggelitik kuping para petinggi negara barat; “Bila rakyat Uruguay menginginkan negaranya maju seperti Eropa dan Amerika, dan begitupun seluruh negara di dunia, maka Bumi tidak akan sanggup memenuhi kebutuhan manusia” kurang lebih seperti itu pernyataan pemimpin negeri pemenang world cup pertama itu. Indikator makro seperti pendapatan perkapita, pengangguran, dan inflasi mengabaikan keberlangsungan faktor produksi. Berapa konsumsi pangan mereka dalam setahun? Konsumsi Energi mereka? Bagaimana dengan proses deforestasi? Bagaimana dengan laju pertumbuhan penduduk dan banyak hal lain yang tidak akan terjawab. Pernyataan Jose Murija sebenarnya bisa dijawab dengan Blue Economy dan Green Economy. Sayang sekali konsep itu belum mampu menjamah keseluruh lapisan dunia.

Bagaimana “Maju” nya Indonesia?

Bila kita pahami pernyataan Jose Murija, setiap negara memiliki identitas “Kemajuan” nya. Indonesia dengan jumlah penduduk 270 Juta bila mengikuti definisi “Maju” nya barat, akan membuat bumi pertiwi menangis karena tidak mampu memenuhi kebutuhan rakyatnya. Rakyat Indonesia dan pemimpinnya harus paham kemana arah pembangunan negara. Setidaknya sadarilah bahwa kemajuan bukan hanya angka, negara maju bukanlah negara dengan rasio terbaik. Setiap negara memiliki identitasnya sendiri dan arah tujuannya sendiri . Kemajuan bangsa sudah tertuang dalam pembukaan UUD 1945 dan landasaan Idiil Negara. Sebagai rakyat tentu kita tahu dan paham kemana arah kemajuan bangsa. Sekarang apakah kita ingin maju sesuai identitas bangsa atau malah belum paham tentang identitas bangsa?

*Penulis merupakan Kontributor KJAI Chapter Sumatera Selatan dan Alumnus Universitas Sriwijaya