Oleh: M Akmal Adrianza
Indonesia adalah negara yang luas dimana dua pertiga wilayahnya diselimuti lautan. Indonesia juga negara yang besar dengan 240 juta jiwa tercatat sebagai bagian dari rakyatnya. Potensi maritim Indonesia sangat besar, menurut para ahli bila dikelola dengan baik sektor maritim mampu menghasilkan angka 20.000 Triliun Rupiah atau 10 kali dari APBN sekarang. Luas pantai Indonesia lebih dari 81.000 Km menyimpan banyak sekali potensi pariwisata dan kebudayaan pesisir yang harus dikembangkan dan dikelola dengan baik.
Indonesia memiliki banyak sekali pemuda dimana pada tahun 2020-2035 nanti Indonesia akan mengalami bonus demografi, yaitu ketika jumlah penduduk usia produktif lebih dari usia non-produkfit atau dengan kata lain dependency ratio yang kecil. Namun bonus demografi bukanlah sebuah anugerah dan berkah yang bisa kita nikmati begitu saja. Bonus demografi adalah sebuah pedang bermata dua. Beberapa persyaratan perlu dipenuhi agar bonus demografi kelak menjadi anugerah untuk bangsa. Sebagian dari penduduk usia produktif tersebut adalah generasi mereka yang lahir setelah tahun tahun 1980. Mereka adalah generasi Y. Mereka memiliki pemikiran yang terbuka, bebas, dan kritis, dan serba instant.
Generasi ini perlu diberikan pemberdayaan, pendidikan, dan pelatihan terbaik agar terciptanya masa depan Indonesia yang lebih baik. Kemajuan bangsa tergantung dengan kualitas para pemuda generasi Y. Ketika Generasi yang diharapkan tidak memenuhi harapan, maka masa depan Indonesia menjadi suram dan tidak menentu. Generasi ini selalu menuntut lebih terhadap pengembangan kapasitas diri mereka. Sifat interaktif, haus pengetahuan, dan tantangan adalah modal utama untuk mengelola Generation of Hope ini. Pemuda adalah pedang bermata dua, ketika mampu dikembangkan dengan baik maka menjadi pisau yang tajam untuk menusuk peradaban dunia. Ketika pemuda tidak memiliki kualifikasi yang mumpuni, maka mereka adalah guillotine yang dipasang oleh bangsa ini di leher nya sendiri.
Kapal Pemuda Nusantara (KPN) memiliki Tiga landasan yaitu Kepemudaan, Kebaharian, dan Kewirausahaan. Intisari landasan di atas akan diperoleh dalam berbagai kegiatan selama 30 hari pelayaran. Sebagai seorang pemuda sudah bukan masanya lagi untuk kita adu kepintaran di atas kertas, di atas kartu hasil study, ataupun adu siapa yang duduk di depan sewaktu wisuda. karena hal diatas adalah mutlak dan kewajiban kita kepada orang tua. Namun berlomba dalam berkarya dan memberikan manfaat kepada masyarakat adalah kewajiban kita kepada negara. Nilai-nilai kepemudaan ini menjadi Trend dengan terma Post-Modernisme, melakukan hal-hal kecil yang simpel, feasibel, dan relevant dengan pemberdayaan masyarakat.
Reformasi yang terjadi pada tahun 1998, adalah bentuk ketidakpuasan pemuda kepada pemerintahan kala itu. Mereka memberontak, berteriak, dan bergaduh menginginkan perubahan keadaan negara. Dahulu kesalahan yang dilakukan oleh penguasa dialihkan kembali kepada penguasa, diserukan dengan lantang dan dengan tangan mengepal; “Hey you, please do something!”. Pemuda kini berseru “See? We have do something” atas permasalahan dan kesalahan yang terjadi. Pemuda adalah tentang berbuat dan bertindak untuk kepentingan masyarakat dengan apa yang kita miliki. Semangat pemuda adalah semangat untuk melakukan perubahan. Alasan inilah yang mendasari banyaknya kegiatan berbasis sosial 2-3 tahun belakangan.
Peserta mengeksplor dan menjelajahi Hidden Paradises di Indonesia, setidaknya tujuh tempat singgah, untuk menguak potensi wisata bahari Indonesia, Kita dapati berbagai tempat yang memiliki keindahan alam namun belum terekspos dan tereksplor oleh Negara. Tempat-tempat tersebut menjadi tanggung jawab para pemuda dimasa depan untuk mengembangkannya. Ketujuh tempat tersebut adalah Kotabaru, Pulau Siau, Pulau Tahuna, Pulau Melounganue, Ternate, kabupaten Parigi Moutong, dan Pulau Muna.
Masing – masing daerah singgah memiliki destinasi wisata unggulan dan memiliki potensi untuk dikembangkan. Pantai Sulamadaha, Tepian pusat kota Kotabaru, Pantai Tahuna, dan Teluk Tomini adalah tempat dengan potensi terbesar karena 1) kemudahan akses 2) keindahan alam 3) fasilitas yang sudah ada. Industri Pariwisata memiliki dampak yang luas terhadap masyarakat karena pariwisata memiliki hubungan yang erat dengan industri kreatif dan industri mikro. Pariwisata adalah rangkaian dari beberapa sektor usaha yang terintegrasi menjadi satu. Industri transportasi, makanan dan minuman, garmen, restoran, kerajinan tangan, dan hiburan adalah industri-industri yang tumbuh bersama dengan pariwisata. Destinasi wisata dan sektor pendukung tidak bisa berkembang secara parsial. Sektor-sektor tersebut adalah sektor yang padat karya, sektor yang menyerap banyak tenaga kerja.
Potensi kelautan yang dibahas baru wisata, masih banyak potensi kelautan yang dimiliki Indonesia. Sumber daya alam seperti; minyak dan gas, mineral, dan logam mulia, Sumber energi terbarukan, kelautan dan perikanan, industri perkapalan, jasa pelabuhan, dan water sport belum dapat saya paparkan pada kesempatan kali ini. Ramuan dari maksimalisasi potensi-potensi diatas akan membawa Indonesia pada ekonomi berbasis kelautan atau Blue Economy. Blue economy juga berarti merubah sesuatu dari langka menjadi berlimpah atau “from scarcity becomes abundance”, setidaknya itulah Blue Economy di dalam buku” The Blue Economy: 10 years – 10 innovations – 100 million jobs “ karya Gunter Pauli.
Peran enterpreneur tentu tidak diragukan lagi di dalam roda perekonomian Indonesia. Enterpreneur seringkali dikaitkan dengan uang, kemewahan, kebebasan finansial, dan keleluasaan waktu. Kebanyakan seminar motivasi enterpreneur menekankan dan menawarkan hal-hal diatas sebagai daya tarik untuk menjadi pengusaha, dan tidak jarang dosen pun begitu untuk memotivasi mahasiswanya agar menjadi pengusaha. Iming-iming harta dan kebebasan menjadi doktrin dan motif utama untuk menjadi pengusaha, tidak jarang mendorong kepada sikap dan perilaku kapitalis dari para calon pengusaha. Haus akan harta, kekuasaan, dan kebebasan ternyata telah dipupuk jauh hari dari pelatihan, ceramah, dan seminar enterpreneur
Terima kasih kepada Prof Abdul Basith yang sudah menginspirasi kami untuk menjadi enterpreneur berjiwa sosial, yaitu seorang enterpreneur yang berguna dan bermanfaat di kehidupan sosial masyarakatnya biasa disebut enterpreneur yang signifikan. Seorang significcant enterpreneur adalah seorang yang memberikan hak lebih kepada karyawan, membahagiakan orang tuanya, peduli kepada anak-anak yatim piatu, dan organisasi kerohanian. Seorang significcant enterpreneur menikmati indahnya berbagi dan mendapatkan kebahagiaan sejati dalam keberbagian. Dengan idealisme seperti itu, seorang significcant enterpreneur akan memberikan manfaat yang lebih besar kepada bangsa dan negara. Seorang significcant enterpreneur adalah orang yang menjalankan peran lebih dari enterpreneur biasa dan mereka akan dikenang oleh rakyat.
Setiap kebaikan yang diberikan kepada negara harus dikembalikan kepada negara dalam bentuk kebermanfaatan dan dampak sosial bagi masyarakat. Program ini akan menciptakan pemuda-pemuda yang mau dan mampu untuk berbagi kepada masyarakat apa yang mereka dapatkan dari program Kapal Pemuda Nusantara. Program ini akan mencetak para calon pengusaha yang berjiwa sosial dan mengedepankan kepentingan masyarakatnya. Program ini pula akan mencetak para pemimpin yang berwawasan luas, memahami kebudayaan Indonesia, dan kritis terhadap keadaan terkini. Program ini bukan program sembarangan yang menghabiskan anggaran negara, namun program ini adalah investasi dari negara untuk masa depan bangsa dan dunia kelak.
*Penulis merupakan Kontributor KJAI Chapter Sumatera Selatan dan Alumnus Universitas Sriwijaya
Komentar Terbaru