Oleh: Presdinasfri Davisti/Nila Munana/Yunika Dewi/Khairurrijal Ibrahim/Hestuti
Standar Akuntansi Keuangan menggolongkan accounts receivable (piutang) menurut terjadinya dalam dua kategori, piutang usaha dan piutang lain-lain. Piutang usaha adalah piutang yang berasal dari penjualan barang atau jasa secara kredit atau cicil. Piutang lain-lain adalah piutang yang timbul dari transaksi di luar kegiatan usaha normal perusahaan. Piutang usaha dan piutang lain-lain diharapkan bisa ditagih dalam waktu satu tahun sehingga bisa diklasifikasikan sebagai piutang lancar. Akun-akun apa saha yang digolongkan sebagai piutang? Ada piutang usaha, wesel tagih, piutang pegawai, piutang bunga, uang muka, uang jaminan, piutang lain-lain, dan allowance for bad debts.
Audit terhadap Piutang:
- Untuk mengetahui apakah terdapat pengendalian intern yang baik antara piutang dan transaksi penjualan, serta piutang dan penerimaan kas. Artinya, ada pemisahan tugas dan tanggung jawab antara yang melakukan penjualan, pengiriman barang, melakukan penagihan piutang, orang yang memberikan otorisasi atas penjualan, orag yang melakukan pencatatan atas penjualan, dan orang yang menerima kas atas piutang.
- Untuk memeriksa validity dan authenticity serta keaslian dari pada piutang itu sendiri. Maksudnya, apakah piutang tersebut didukung oleh bukti-bukti yang otentik seperti sales order, delivery order yang sudah ditandatangani oleh pelanggan.
- Untuk memeriksa collectability piutang dan cukup tidaknya perkiraan allowance for bad debts (penyisihan piutang tak tertagih). Piutang harus disajikan di Laporan Posisi Keuangan sebesar jumlah yang diperkirakan bisa ditagih. Jika piutang tidak bisa ditagih, maka harus dibuatkan penyisihan dalam jumlah yang cukup.
- Untuk memeriksa apakah penyajian piutang di laporan keuangan sudah sesuai dengan prinsip akuntansi dan SAK.
Dalam melakukan audit pada piutang, beberapa prosedur substantive test dan TOC yang harus dilaksanakan yaitu:
- Pelajari dan evaluasi internal control atas piutang itu sendiri. Auditor bisa melakukan inquiry dengan menggunakan internal control questionnaires (ICQ). Jika IC cukup baik, maka auditor harus melakukan TOC, dan sampel yang diambil adalah sales invoice atau delivery order. Namun jika IC perusahan lemah, maka auditor harus memperluas substantive test pada akun piutang.
- Cek Aging Schedule dari piutang per tanggal neraca yang menunjukkan nama pelanggan, saldo piutang, dan umur piutang. Pengecekan umur piutang merupakan prosedur audit yang penting karena akan mempengaruhi penilaian cukup tidaknya penyisihan piutang tak tertagih. Pengecekan ini dilakukan dengan memeriksa subledger piutang dan faktur penjualan, apakah keduanya telah dicatat dengan sesuai atau tidak. Selain itu perhatikan term of credit yang dicantumkan pada masing-masing piutang. Biasanya pelanggan lama diberikan jangka waktu lebih lama dibandingkan dengan pelanggan baru.
- Kirimkan Konfirmasi Piutang terhadap pelanggan. Konfirmasi piutang adalah surat yang ditandatangani klien, untuk customer guna meminta konfirmasi tentang saldo piutang pada customer per tanggal biasanya customer diminta menandatangani surat tersebut. Apabila saldo piutangnya cocok/tidak namun harus disertai dengan alasan yang jelas dan langsung dikembalikan/dikirim ke KAP. Terdapat dua jenis konfirmasi, yakni konfirmasi positif (+) dan konfirmasi negative (-). Pada konfirmasi (+), customer diminta memberikan jawaban baik saldo piutangnya cocok/tidak cocok dari surat yang dikirimkan oleh auditor. Konfirmasi positif digunakan dalam keadaan: saldo piutang per customer relatif besar, jumlah customer sedikit, dan IC piutang lemah. Sedangkan konfirmasi (-), customer diminta memberikan jawaban hanya jika saldo piutangnya tidak cocok, jadi jika customer tidak membalas surat konfirmasi akan dianggap bahwa saldonya cocok. Kebalikan dari konfirmasi positif, konfirmasi negatif digunakan dalam keadaan: Saldo piutang per customer relatif kecil, jumlah customer banyak, dan IC yang cukup kuat.
- Periksa subsequent collection dengan memeriksa buku dan bukti penerimaan kas untuk periode setelah tanggal neraca mendekati tanggal penyelesaian audit dan pastikan transaksi yang terjadi hanya berhubungan dengan penjualan pada periode subsequent event.
- Periksa apakah ada wesel tagih (notes receivable) yang didiskontokan untuk mengetahui kemungkinan adanya contingent liability.
- Periksa dasar penentuan allowance for bad debts dan periksa apakah jumlah yang disediakan oleh klien sudah cukup. Artinya jika allowance for bad debts terlalu besar berarti laba perusahaan akan terlalu kecil (understated) begitu juga sebaliknya. Dalam hal ini auditor harus mempelajari dasar penentuan allowance for bad debts yang digunakan klien, contohnya: apakah berdasarkan presentase tertentu dari penjualan kredit? apakah berdasarkan analisis umur piutang? apakah berdasarkan presentase tertentu dari saldo piutang? atau apakah dasar penentuan allowance for bad debts dan perhitungan klien sudah reasonable dan konsisten dengan tahun-tahun sebelumnya?
- Test sales cut-off dengan memeriksa sales invoice, credit note,dll kurang lebih 2 minggu sebelum dan sesudah tanggal neraca. Pastikan barang-barang yang dijual melalui invoice sudah dikirim per tanggal neraca.
- Periksa apakah penyajian piutang di neraca dilakukan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia/SAK.
*Penyunting Tulisan: Malinda Sari Sembiring
Komentar Terbaru