Oleh: Aisyah Aulia Vianida, Arif Swandaru, Ria Guslimawati, Ivana Purnamasari, Hardianty Munawir
Non Current Assets Held for Sale (NCAHFS) atau Aset tidak lancar yang dimiliki untuk dijual diatur dalam PSAK 58. NCAHFS terdiri dari dua kata penting: (1) aset tidak lancar, (2) tersedia untuk dijual.
Aset Tidak Lancar berarti aset ini tidak memenuhi definisi aset lancar misalnya peralatan, tanah, dan bangunan. Dimiliki untuk dijual artinya nilai tercatat aset akan dipulihkan melalui penjualan, bukan digunakan dalam kegiatan usaha sehingga dapat ditarik kesimpulan suatu aset yang dimiliki untuk dijual adalah ketika entitas berniat untuk tidak menggunakan aset tersebut dalam kegiatan operasinya, namun berniat untuk menjualnya.
PSAK 58 berlaku untuk semua aset tidak lancar bukan hanya aset tunggal, namun berlaku juga untuk kelompok aset dan liabilities terkait yang akan dilepas dalam satu transaksi. PSAK 58 mengatur bahwa suatu aset tidak lancar harus diklasifikasikan sebagai aset tidak lancar yang dimiliki untuk dijual ketika entitas tidak memakai aset tersebut dalam kegiatan operasi dan berniat untuk menjualnya serta memulihkan nilai aset tersebut melalui penjulan NCAHFS. Suatu aset dapat diklasifikasikan sebagai NCAHFS jika memenuhi dua syarat, yakni: (1) berada dalam keadaan dapat dijual artinya aset ini sudah dalam kondisi siap dijual dengan syarat-syarat yang biasa dan umum diperlukan dalam penjualan aset tersebut. (2) Penjulan harus sangat mungkin terjadi (highly probable) atau memenuhi kondisi dimana: (a) manajemen berkomitmen terhadap rencana penjualan aset, (b) memulai suatu program aktif untuk mencari pembeli dan menyelesaikan rencana tersebut, (c) aset dipasarkan secara aktif, (d) penjualan diperkirakan terjadi dalam waktu 1 tahun dari tanggal klasifikasi, dan (e) tidak mungkin terjadi perubahan atau pembatalan rencana.
Saat suatu aset diklasifikasi sbg aset tidak lancar yang dimiliki untuk dijual, aset tsb diukur pada nilai yang TERENDAH antara nilai tercatat dengan nilai wajar neto. Nilai tercatat adalah nilai terakhir yang diakui pada laporan posisi keuangan. Nilai Wajar Neto adalah nilai wajar dikurang biaya untuk menjual. Biaya untuk menjual adalah biaya yang akan terjadi ketika entitas melepas asetnya. Misalnya adalah biaya transportasi untuk mengantar aset sampai ke tempat pembeli atau biaya untuk membuat iklan penjulan aset. Aset tidak lancar yang telah diklasifikasi sebagai dimiliki untuk dijual tidak didepresiasikan. Jadi depresiasinya dihentikan sampai aset tersebut diklasifikasi sebagai aset yang dimliki untuk dijual sehingga tidak perlu didepresiasi lagi.
Misalnya PT KJAI mempunyai mesin yang diperoleh pada 1 Desember 2010 dengan biaya perolehan Rp100 juta. Nilai residu diperkirakan Rp10 juta dengan masa manfaat 10 tahun. Pada 1 Desember 2013, aset tersebut diklasifikasikan sebagai NCAHFS. Nilai wajar diestimasikan Rp80 juta dan biaya untuk menjual adalah Rp3 juta. Aset tersebut terjual pada 30 Juni 2014 pada harga Rp77 juta.
Bagaimana pengukuran dan jurnalnya? Pada saat reklasifikasi 1 Desember 2013, aset dipindahkan dari kelompok aset tetap ke kelompok NCAHFS. Adapun nilai yang diakui adalah nilai TERENDAH dari nilai tercatat dengan nilai wajar. Nilai tercatat sesuai dengan nilai yang ada di B/S yakni (harga perolehan – akumuluasi Depresiasi) atau (Rp 100 – ((100 – 10)/10) x 3) atau Rp73 juta. Adapun nilai wajar neto adalah nilai wajar dikurangi biaya untuk menjual atau (Rp 80 juta – 3 juta) sama dengan Rp77 juta. Jika kondisi seperti ini, kita pakai angka yang mana? Kita mengakui NCAHFS senilai Rp 73jt (NILAI TERENDAH).
Pada 1 Desember 2013, kita melakukan jurnal sebagai berikut: dr. Aset tersedia untuk dijual 73 juta, dr. Akumulasi depresiasi 27 juta, dan cr. Aset tetap 100 juta. Nah, pada saat terjual 30 Juni 2014, kita mengakui keuntungan senilai Rp4 juta (Harga jual – nilai NCAHFS) dan melakukan jurnal dr. Kas 77 juta, dr. Aset dimiliki untuk dijual 73 juta, dan cr. Keuntungan penjualan aset 4 juta.
Untung/rugi yang muncul dari selisih antara nilai tercatat akhir aset tersebut dengan harga penjualan, diakui di L/R. Nah, sekarang kita masuk ke contoh kedua, ilustrasinya sama seperti contoh sebelumnya, namun untuk yang saat ini nilai wajar aset diestimasi senilai Rp40 juta, dan biaya menjual Rp2 juta. Aset dijual pada 30 Juni 2014 dengan nilai Rp 38 juta. Pada 1 Desember 2013, nilai tercatat adalah Rp73 juta (perhitungan sama seperti sebelumnya). Nilai wajar neto = (Rp40 juta – 2 juta) = Rp38 juta. Jika kondisi seperti ini, maka kita pakai angka yang mana? Karena NILAI TERENDAH-nya adalah Rp38 juta. Maka kita pakai nilai wajar neto.
Jurnal pada 1 Desember 2010 adalah dr. Aset dimiliki untuk dijual Rp38 juta, dr. Akumulasi penyusutan Rp27 juta, dr. Rugi penurunan nilai Rp35 juta, cr. Aset tetap Rp100 juta. Perlu diketahui karena nilai neto wajar < nilai tercatat, maka kita mengakui adanya penurunan nilai yakni sebesar selisih antara nilai neto wajar dan nilai tercatat (Rp73 juta – Rp38 juta). Pada saat penjualan 30 Juni 2014, jurnalnya adalah dr. Kas 38 jt, cr. Aset dimiliki utk dijual Rp 38 juta.
Pada penjualan tidak diakui untung/rugi karena nilai perolehan dari penjualan sama dengan nilai tercatat kini. Untuk aset tidak lancar yang dihentikan klasifikasiannya sebagai NCAHFS maka selanjutnya harus diukur pada nilai TERENDAH antara: nilai tercatat aset tersebut sebelum aset diklasifikasikan sebagai NCAHFS, disesuaikan dengan penyusutan dengan nilai terpulihkan pada saat tanggal keputusan untuk tidak menjual. Nilai terpulihkan ini merupakan NILAI TERTINGGI antara nilai wajar neto dengan nilai pake aset. Nilai pakai aset adalah nilai kini dari taksiran arus kas masa depan yang diharapkan akan timbul dari penggunaan asset. Nah, aset tidak lancar dimliki untuk dijual harus disajikan secara terpisah dengan kelompok aset lainnya pada laporan posisi keuangan. Ketika aset tersebut berupa kelompok aset, maka aset dan liabilitas terkait masing-masing harus disajikan terpisah, baik di laporan posisi keuangan atau pada catatan atas laporan keuangan.
Komentar Terbaru