Halo!! Selamat Malam Sobat Gogo! kembali lagi dengan kultweet dari prodi akuntansi
manajemen nih. Minggu ini kita bahas tentang salah satu pendekatan cost management dalam
pengelolaan inventory yaitu Backflush Costing. Penasaran? Yuk kita bahas
Ya langsung aja kita bahas tentang teori backflush costing. Sobat gogo disini ada yg tau teori
backflush costing gak nih?
Backflush costing itu pengertiannya apa sih sobat gogo? Monggo di simak pengertiannya ya.
Backflush costing merupakan suatu metode costing untuk mengakumulasikan biaya dengan
menyederhanakan sistem costing dimana mempersingkat pencatatan akuntansi atas aliran
biaya manufaktur.

Backflush costing diterapkan untuk perusahaan dengan proses produksi berlangsung sangat
cepat sehingga pencatatan akuntansi tradisional tidak memadai lagi, karena selalu
ketinggalan.
Tujuan dari Backflush costing adalah mengurangi jumlah kejadian yg diukur dan dicatat
dalam system akuntansi. Backflush costing menunda pencatatan beberapa jurnal entry hingga
akhir masa produksi atau akhir siklus penjualan, sehingga biaya utk penerapannya lebih
rendah dibandingkan dgn sistem job order dan process costing.
Perbedaan Backflush costing dgn job order & process costing adl kurangnya penelusuran
biaya terinci atas biaya work in process (WIP). Akun persediaan (inventory) tidak lagi
disesuaikan selama periode akuntansi, tetapi saldonya dikoreksi menggunakan ayat jurnal pd
akhir periode.
Perbedaan lainnya adalah sistem normal costing dan standar menggunakan penelusuran biaya
secara berurutan dgn 4 tahapan/trigger points, Dimana sistem normal pencatatan jurnal 4
tahapan mulai dr pembelian material, work in process, pencatatan finished goods sampai ke
penjualan. Dalam sistem backflush costing akan menyederhanakan sistem costing tanpa harus
kehilangan informasi yg relevan dlm pembebanan biaya produk.
Ada beberapa alternatif dlm #backflush costing dgn penekanan yg berbeda pada pentahapan
dlm trigger points nya, yaitu :
1. 3 trigger points, dgn pencatatan jurnal pembelian material, penyelesaian finished goods,
dan penjualan produk jadi #backflush . Dengan metode 3 trigger points, menggabungkan
pencatatan jurnal pembelian material dgn work in process dalam satu akun. Maka dlm 3
trigger points hanya akan ada 2 akun inventory yaitu : 1. Raw and In-process, 2. Finished
goods
2. 2 trigger points, dgn pencatatan jurnal pembelian material dan penjualan produk jadi
dimana hanya akan ada 1 akun inventory yaitu Inventory control.
3. 2 trigger points, dgn pencatatan penyelesaian finished goods dan penjualan produk jadi.

Backflush costing menekankan pd penjualan bukan penyelesaian produk utk mendorong
manajer fokus pada penjualan produk.
Pencatatan akuntansi dgn metode backflush costing adalah :
1. Penggabungan Raw material dgn work in process menjadi Raw and in-process
2. Adanya akun Raw In-Process (RIP) karena perusahaan menerapkan zero inventory
3. Komponen biaya bahan baku atas pekerjaan yang telah selesai dibackflush dari RIP
4. Komponen biaya bahan baku atas pekerjaan yang telah terjual dibackflush dari Finished
Goods
5. Saldo akhir ditetapkan dalam akun persediaan dengan melakukan penyesuaian terhadap
bagian conversion cost.
6. Biaya tenaga kerja langsung dibebankan ke akun Cost Of Goods Sold (Harga Pokok
Penjualan)
7. Biaya Overhead pabrik dibebankan ke FOH control, dari FOH control dibebankan ke
COGS (Cost Of Goods Sold).
8. Penentuan harga pokok #backflush dari mengeliminasi akun work in process dan
membebankan biaya produksi secara langsung pada finished goods.
Backflush costing ini berkaitan dgn sistem Just In Time Purchasing (JIT), perusahaan yg
menerapkan JIT menggunakan metode backflush costing. JIT yaitu suatu sistem tepat waktu
yg dirancang untuk mendapatkan kualitas, menekan biaya, dan mencapai waktu penyerahan
seefisien mungkin. Dengan menghapus seluruh jenis pemborosan yg terdapat dlm proses
produksi sehingga perusahaan meyerahkan produk sesuai permintaan konsumen.
Jadi, dengan metode backflush costing membantu perusahaan dalam proses produksi yang
tepat waktu. Selain itu juga diterapkan oleh perusahaan manufaktur dgn tingkat produksinya
yg sangat cepat.
Perusahaan menggunakan backflush costing jika terdapat kondisi sebagai berikut :

a. Perusahaan menerapkan sistem Just In time
b. Manajemen ingin sistem akuntansi yang sederhana
c. Setiap produk ditentukan biaya standarya
d. Metode ini menghasilkan penentuan harga pokok produk yang kira-kira menghasilkan
informasi keuangan yang sama dengan penelusuran secara berurutan.
Backflush costing tidak hanya terbtas pd perusahaan yg menerapkan JIT. Perusahaan yg tidak
menerapkan JIT pun dapat menggunakan backflush costing. Terutama untuk perusahaan
dengan lead time produksi yg singkat atau perusahaan yg tingkat inventory nya cukup stabil.
Namun backflush costing juga memiliki kelemahan yaitu kesulitan dalam penelusuran jejak
audit, dan kurangnya penelusuran rinci atas biaya WIP. Namun demikian, ketiadaan
inventory dlm jumlah besar akan mendorong manajemen utk fokus pada pengelolaan
operasional sistem produksi yaitu melalui peningkatan produktivitas tenaga kerja,
pengendalian dengan sistem komputer, dan pengembangan ukuran kinerja non-financial.
Oke sob sudah di penghujung materi kultweet malam ini. Sekian dulu materi dari akmen ya,
semoga bermanfaat dan terus semangat belajar.
Nantikan kedatangan akmen minggu depan dengan materi yg tidak kalah keren dan seru.
Sampai jumpa sob, keep learning, sharing, and inspiring ya 

Sumber: Horngren, Charles T.,Cost Accounting a Managerial Emphasis.14 th edition.
Penerbit:Pearson