One Day One Profit merupakan kegiatan yang dilakukan oleh tim KJAI batch 9 chapter Sumatera Selatan, kegiatan yang bertujuan untuk menambah khazanah pengetahuan para member KJAI Sumsel baik itu berkenaan dengan akuntansi maupun pengetahuan umum. Telah berlangsung One Day One Profit oleh Komunitas Jago Akuntansi Chapter Sumatera Selatan yang berkolaborasi dengan World Clean Up Day Sumatera Selatan pada hari Sabtu, 26 Juni 2021 di Panche Hub Coffe Art & Space. Adapun topik yang dibahas pada kesepatan kali ini adalah sesuatu yang menjadi masalah bagi setiap orang, yaitu sampah. Tujuan dari pertemuan ini adalah selain untuk sharing juga sebagai momentum untuk mempererat hubungan antar sesama komunitas di Sumsel.

World Clean Up Day Sumsel sendiri merupakan komunitas yang fokus pada isu kebersihan, terutama terkait sampah. Ada banyak hal menarik yang dibahas pada pertemuan ini mulai dari bahaya sampah, cara meminimalisir serta cara menanggulangi sampah di tingkat yang paling sederhana yaitu keluarga.  Karena untuk memulai sebuah perubahan besar dibutuhkan perubahan dari lingkup yang lebih kecil dahulu yaitu diri sendiri dan keluarga.

Hal yang menjadi fokus utama pembahasan adalah mengenai pilah sampah. Masyarakat awam mungkin masih belum terbiasa dengan hal ini, dimana umumnya mereka berfikir bahwa tanggung jawab akan sampah telah selesai ketika mereka membuang sampah pada tempatnya. Namun tidak demikian, permasalahan sampah justru akan semakin kompleks ketika kita membuang sampah dan menggabungkan semua jenis sampah ke dalam satu tempat. Sampah yang telah tergabung menjadi satu ini tidak akan bisa diolah dan akan berakhir di Tempat Pembuangan Akhir (TPA). TPA sebagai akhir dari pembuangan sampah tentu akan menimbulkan persoalan baru yaitu sampah yang semakin menggunung, aroma yang tidak sedap di sekitar pemukiman, serta lingkungan yang menjadi kumuh dan tidak sehat.

Oleh karena itu hal yang menjadi penekanan pada pembahasan kali ini adalah upaya kecil mengurangi masalah sampah yaitu pilah sampah. Pilah sampah adalah kegiatan memilah sampah menjadi beberapa kategori, yaitu sampah organik, anorganik, dan B3. Sampah Organik merupakan sampah yang dapat terurai di alam, sampah ini meliputi dedaunan, sisa-sisa buah dan sayur, ranting pohon, dan sisa-sisa makanan. Sampah ini dapat diolah dan dimanfaatkan menjadi pupuk kompos. Kedua, sampah anorganik merupakan sampah yang tidak dapat terurai di  alam, sampah ini meliputi plastik, sterofoam, kaleng dan sebagainya. Sampah ini memiliki waktu yang lama untuk bisa terurai di alam, bahkan ada yang butuh waktu ratusan tahun. Oleh karena itu sampah ini harus benar-benar dipisahkan agar bisa diolah dan didaur ulang kembali. Ketiga, sampah B3 merupakan sampah yang berasal dari bahan-bahan berbahaya dan beracun seperti pecahan kaca dan bahan-bahan kimia. Tujuan dari pemisahan sampah jenis ini adalah meminimalisir risiko bahaya petugas yang mengangkut sampah.

Mungkin kita sudah sering menemui tempat sampah di tempat umum dengan tiga warna yang berbeda yaitu merah, kuning, dan juga hijau. Tahukah kalian bahwa ketiga warna itu memiliki arti tersendiri? Ya, ketiga warna itu memang memiliki arti tersendiri dengan tujuan agar lebih memudahkan masyarakat dalam mengenali tempat tersebut. Warna hijau digunakan untuk sampah organik, kuning untuk sampah anorganik, dan merah untuk sampah B3.

Selain upaya pilah sampah, hal lain yang merupakan cara mengurangi penggunaan sampah plastik yaitu dengan membawa kotak makan dan tumbler. Adapun cara menanggulangi sampah sebaiknya dimanfaatkan agar bisa menjadi barang yang bernilai ekonomis. Sebagai contoh, kampung sayur di 26 ilir merupakan kampung percontohan dimana mereka menerapkan konsep go green dengan melakukan penanaman sayur, buah, maupun bunga di depan rumah dengan memanfaatkan barang-barang bekas yang dicat sedemikian rupa. Selain bernilai estetika, tanaman dengan pot warna warni ini menjadi bernilai ekonomis karena masyarakat setempat bisa memanen hasil tanaman untuk dikonsumsi dan tentu saja mengurangi pengeluaran belanja rumah tangga karena tidak perlu membeli sayur lagi.

Kembali lagi upaya penanggulangan sampah ini tidak terlepas dari konsep keberlanjutan (Sustainability), yang dipelajari juga di Ilmu Akuntansi pada era saat ini. Perusahaan yang beroperasi juga berupaya untuk memperkecil risiko yang ditimbulkan dari limbah akibat aktivitas bisnisnya, sebagai bentuk dukungan terhadap lingkungan yang berkelanjutan (Sustainability Environment). Praktik pengembangan lingkungan berkelanjutan ini berlanjut sampai pada sistem pelaporan yang mensyaratkan perusahaan untuk menerbitkan Laporan Keberlanjutan (Sustainability Report).

Kita mungkin berpikir bahwa perubahan kecil yang kita lakukan tidak akan berdampak pada lingkungan, namun pernahkah berpikir jika semua orang memiliki pola pikir yang sama dengan kita maka semakin besar dampak buruk yang akan kita terima nantinya. Bumi adalah tempat kita tinggal, sudah seharusnya kita jaga dan pelihara dengan upaya kecil seperti memilah sampah dan membuangkannya ke tempat yang tepat, serta memanfaatkan kembali barang yang telah digunakan sebagai alternatif dari pengurangan penggunaan plastik. Karena semua perubahan harus dimulai dari diri sendiri terlebih dahulu.