Relevansi Nilai
Hingga saat ini Sob, masih berkembang pemikiran bahwa informasi yang dihasilkan oleh akuntansi berupa laporan keuangan dirasakan masih kurang dapat digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan atau masih kurang relevan. Hmm..
Sobat perlu tau dulu nih, sebuah informasi akuntansi agar bermanfaat bagi pemakai perlu memiliki empat ciri yakni; dapat dimengerti oleh pemakai (understandable), bebas dari kesalahan material dan bias (reliable), dapat dibandingkan (comparable) dan relevan (relevant). Apa sih maksudnya relevan?
Relevan artinya dapat membantu para pemakai informasi (laporan keuangan) dalam membuat keputusan keuangan. Untuk bisa membantu itu, informasi perlu memiliki kemampuan untuk menggambarkan atau menyimpulkan nilai perusahaan dengan baik. Untuk bisa menyimpulkan nilai dengan baik, informasi perlu mencerminkan nilai terkini, sehingga dapat dijadikan dasar untuk memprediksi dan mengestimasi nilai pasar perusahaan. Nah kemampuan nilai seperti ini yang biasa disebut dengan kemampuan #RelevansiNilai.
Oh ya keempat karakteristik tersebut harus ada dalam informasi akuntansi ya Sob, jika tidak maka keputusan yang diambil berdasarkan informasi tersebut bisa salah dan merugikan banyak pihak.
Informasi akuntansi perlu diukur relevansi nilainya, hal ini penting untuk memberikan sinyal terutama bagi para investor tentang bagaimana kemampuan nilai dalam laporan keuangan menggambarkan keadaan emiten yang sebenarnya agar tepat dalam pengambilan keputusan investasi. Gimana sih cara ngukurnya? Yakni dengan mengestimasi hubungan statistik antara nilai informasi yang disajikan dalam laporan keuangan dengan nilai saham emiten di pasar (harga saham).
Untuk memenuhi tujuan relevansi, laporan keuangan sebaiknya disusun dengan menggunakan nilai sekarang (fair value). Fair value atau akrab dikenal dengan Nilai Wajar adalah harga yang akan diterima dalam penjualan aset atau pembayaran untuk mentransfer kewajiban di pasar pada tanggal pengukuran. Nilai ini dibutuhkan oleh para investor untuk mengetahui harga sebenarnya yang berlaku saat ini sehingga dapat melindungi investor dari kesalahan pengambilan keputusan tadi, Sob.
Penggunaan Nilai Wajar di Indonesia baru diberlakukan mulai tahun 2008. Yakni semenjak Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) memutuskan berkomitmen untuk menerapkan Konvergensi IFRS (International Financial Report Standard) yang diberlakukan secara efektif keseluruhan pada tahun 2012.
Sobat Gogo masih inget dong.. sebelumnya PSAK kita mengacu pada standar US GAAP (United State Generally Accepted Accounting Principles) sejak tahun 1974. Namun belakangan Indonesia merasa standar akuntansi US GAAP tidak lagi dirasa relevan untuk digunakan karena asumsi historical cost yang dianutnya.
Hal ini sejalan dengan mandat pertemuan negara-negara G-20 di London pada 2 April 2009 untuk mempunyai a single set of high-quality global accounting standards dalam rangka menyediakan informasi keuangan yang berkualitas di pasar modal internasional agar lebih dapat diperbandingkan dan berkualitas tinggi kepada investor.
Masih inget historical cost kan? Prinsip historical cost menghendaki digunakannya harga perolehan dalam mencatat aktiva, utang, modal dan biaya. Transaksi dengan menggunakan historical cost memiliki kelemahan yakni kurang mencerminkan kondisi yang sebenarnya pada tahun sesudah transaksi.
Penerapan IFRS ini diklaim akan memberi manfaat bagi peningkatan relevansi nilai dan kualitas informasi laporan keuangan karena penggunaan fair value lebih dapat merefleksikan kondisi ekonomik perusahaan dibandingkan historical cost. Fair value lebih relevan namun historical cost diyakini lebih reliabel.
Setelah PSAK berkonvergensi dengan IFRS, banyak penelitian-penelitian bermunculan untuk mengukur apakah tingkat #RelevansiNilai informasi akuntansi benar-benar meningkat dengan penggunaan fair value. Namun hasil yang ditunjukkan adalah beragam dan tak jarang bertentangan. Hmm.. gimana nih Sob? Tertarik juga untuk mengukur #RelevansiNilai?
Itu tadi sekilas pembahasan isu dari Tim Akkeu. Semoga bisa meningkatkan keingintahuan kalian ya. Sampai ketemu minggu depan, Sob. Keep Learning, Sharing, and Inspiring!
Komentar Terbaru