Teori Positif

Halo, Sobat Gogo! Ketemu lagi nih sama tim Akkeu dan saatnya kita belajar lagi. Tinggalkan hitung-hitungan, kali ini kita akan belajar Teori Akuntansi, tepatnya #TeoriPositif sob.

Sebelum kita membahas ragam #TeoriPositif, kita perlu tau dulu nih sob asal muasalnya. Kenapa sih #TeoriPositif, kenapa gak teori negatif aja? Hihi.

Terdapat dua klasifikasi teori akuntansi yakni: Teori Normatif dan #TeoriPositif. Teori akuntansi normatif (1956-70) berbicara mengenai pendapat pribadi yang subjektif tentang bagaimana seharusnya praktik akuntansi berlaku di masyarakat, sehingga tidak dapat diterima begitu saja dan perlu diuji secara empiris agar memiliki dasar teori yang kuat. Sedangkan #TeoriPositif hadir sebagai studi lanjut yang mampu menjelaskan praktik akuntansi yang berkembang dengan mengujinya secara empiris dan menggunakan hasil ujinya untuk memprediksi kejadian di masa depan. Teori-teorinya jadi positif benar deh sob hehe.

Nah sekarang kita akan bahas beberapa #TeoriPositif tersebut, diantaranya ada: Teori Kontrak, Teori Keagenan, dan Teori Sinyal.

  1. Teori Kontrak (Contracting Theory)

Teori kontrak mengkaji mengapa suatu perusahaan dapat dideskripsikan sebagai ‘nexus of contracts’ alias penghubung kontrak. Perusahaan hadir untuk menghubungkan kepentingan konsumen yang membutuhkan barang dan jasa dengan para suplier penyedia bahan-bahan untuk memproduksi barang maupun jasa tersebut. Akan jauh lebih ekonomis apabila perusahaan hadir diantara mereka (konsumen dan suplier bahan) untuk mewujudkan barang dan jasa yang diinginkan dibandingkan jika setiap konsumen membuatnya sendiri-sendiri.

 

Contohnya jika Sobat Gogo ingin membeli es krim, setidaknya kita memiliki dua pilihan: melakukan kontrak beli dengan banyak suplier bahan-bahan untuk membuat es krim satu per satu atau hanya dengan melakukan sebuah kontrak membeli es krim yang sudah siap konsumsi di toko terdekat. Lebih murah membeli es krim jadi kan, Sob?

 

Perusahaan yang memproduksi es krim tersebut telah memiliki kontrak dengan seluruh suplier/penjual bahan-bahan yang diperlukan untuk membuat es krim. Hal itu merupakan nexus of contracts karena perusahaan menengahi dan menghubungkan kepentingan kita sebagai konsumen dengan berbagai suplier bahan tersebut.

 

  1. Teori Keagenan (Agency Theory)

Teori keagenan mengkaji bagaimana akuntansi digunakan dalam kontrak untuk mengurangi biaya keganenan (agency costs).

 

Semakin besar ukuran suatu perusahaan, semakin banyak pula pihak yang diikutsertakan dalam pencapaian kepentingan dan keuntungan perusahaan agar maksimal. Dalam prosesnya, terdapat pihak principal (pemegang saham dan kreditur) sebagai pemilik dana dan pihak agen (manajer) yang menjalankan usaha untuk kepentingan pemilik dana. Hubungan ini disebut hubungan keagenan yang diatur dalam sebuah kontrak. Di bawah kontrak, pemilik dana mendelegasikan beberapa kebijakan pengambilan keputusan perusahaan kepada agen.

 

Teori keagenan berkembang karena munculnya masalah keagenan. Masalah apa sih? Di sisi lain, baik pemilik dana maupun agen tentu memiliki perbedaan kepentingan yang sama-sama ingin dimaksimalkan. Meskipun ia bekerja untuk kepentingan pemilik dana, tidak akan selalu para agen akan mementingkan kepentingan pemilik dana dan justru mementingkan kepentingannya sendiri.

 

Masalah keagenan ini menyebabkan biaya keagenan. Jensen dan Meckling membagi biaya keagenan menjadi: biaya pengawasan (monitoring cost), biaya pengikat (bonding cost), dan kerugian residual (residual loss). Biaya pengawasan berupa pengeluaran untuk mengukur, mengamati, dan mengontrol perilaku agen agar tetap bekerja untuk kepentingan pemilik dana. Biaya pengikatan merupakan biaya untuk menciptakan dan menaati mekanisme-mekanisme untuk menjamin dan mengikat kepentingan para agen untuk pemilik dana. Namun meski biaya pengawasan dan biaya pengikat sudah dikeluarkan, masih terdapat kemungkinan para agen untuk membuat unuk keputusan yang hanya menguntungkan dirinya. Biaya kerugian yang dirasakan pemilik dana dari hasil penyelewengan agen inilah yang disebut kerugian residual.

 

Menurut teori keagenan, akuntansi mampu mengurangi biaya-biaya keagenan tersebut karena nilai akuntansi yang terukur mampu menjadi pengawas, pengikat, juga mencegah hadirnya kerugian residual, Sob. Keren ya?

 

  1. Teori Sinyal (Signalling Theory)

Teori sinyal mengkaji bagaimana akuntansi dapat digunakan sebagai sinyal informasi suatu perusahaan. Teori ini didasari oleh adanya asimetri informasi antara agen dengan pemilik dana, sehingga para agen dirasa perlu untuk memberikan laporan keuangan untuk memberikan informasi mengenai keadaan perusahaan dan membantu para pengguna laporan keuangan (pemilik dana) dalam mengambil keputusan. Informasi akuntansi dalam laporan keuangan ini juga digunakan untuk mengurangi biaya pengawasan keagenan. Dengan adanya laporan keuangan, kinerja agen dapat terpantau oleh para pemilik dana kan, Sob.

Nah, gimana nih Sob? Udah makin paham dong tentang #TeoriPositif akuntansi? Ternyata penting banget ya kehadiran akuntansi sebagai bahasa bisnis. Makanya Sob jangan pernah lelah ya untuk ngulik lagi dan belajar lagi akuntansi lebih dalam. Karena peran kita para akuntan akan menentukan nasib ekonomi bangsa hihi. Sampai ketemu minggu depan ya dengan tim Akkeu. Keep Learning, Sharing, and Inspiring!